Penipuan Berkedok Anggota Polisi Kembali Marak
TANJUNGPINANG, Kepritoday.com – Penipu yang berkedok sebagai seorang anggota Polisi kian beragam modusnya. Mereka memanfaatkan kondisi tertentu sang korban dengan mengatakan telah terjadi sesuatu terhadap kerabat sang korban. Motifnya beragam, dari mulai terkena tilang, kecelakaan hingga kedapatan mengkonsumsi narkoba dan menawarkan jalur damai.
Komplotan penipu tersebut selalu mengatasnamakan dari pihak Kepolisian, pasalnya kultur masyarakat di Indonesia cenderung memandang apabila berurusan dengan pihak yang berwajib akan menyusahkan, sehingga sang korban menurut saja dengan opsi “damai” yang ditawarkan oleh sang pelaku dengan mewajibkan untuk mentransfer uang senilai nominal tertentu.
Feni (41) seorang ibu rumah tangga yang bekerja di salahsatu kedai kopi di Kota Tanjungpinang menuturkan kisahnya, baru-baru ini pada pukul 15.30 dirinya hampir tertipu. Pasalnya, ada seseorang yang mengatasnamakan dari kepolisian dan telah menangkap anak saya dan temannya yang bersekolah di salahsatu SMP diTanjungpinang, karena kedapatan mengantongi Narkotika. Anehnya, nama anak saya dan tempat sekolah anak saya dia tahu. Tuturnya.
Modusnya, seseorang yang mengaku sebagai anggota Kepolisian menelpon dan mengatakan baru menangkap anaknya bersama seorang temannya yang kedapatan menyimpan Narkotika disaku celananya. Kepada dirinya, sang pelaku kemudian meminta transfer uang sejumlah Rp 20 Juta sebagai syarat “perdamaian” agar anaknya dapat segera di bebaskan. Sementara, pelaku mengatakan, teman anak saya sudah diurus orang tuanya dan menyelesaikan masalah tersebut dengan membayar uang senilai nominal yang telah disepakati.
Feni mengaku, dirinya semula meragukan perkataan sang pelaku tersebut, namun pada akhirnya Ia sedikit mempercayai, karena, saat saya menghubungi Handphone anak saya mati/tidak aktif. Dalam keadaan panik, saya menghubungi suami saya dan menanyakan keberadaan anak saya, dan suami saya bilang dari pulang sekolah anak saya ada dirumah, dia tidak pergi kemana-mana.
Sementara, dalam keadaan tersebut sipelaku menempatkan diri seolah-olah sedang menyiksa anaknya dalam sebuah adegan interogasi di Kantor Polisi, dan mereka (pelaku) akan menahan dan menembak kaki anak saya apabila tidak menyelesaikan perkara ini. Ucap Feni.
“Ya saya awalnya gak percaya, tapi suara di belakang dia (pelaku) seolah-olah anak saya sedang nangis dan minta tolong untuk membebaskannya, karena tidak tahan dengan perlakuan yang dialaminya karena di pukulin sambil di interogasi, dan dia (pelaku) mengancam akan terus menyiksa anak saya.” paparnya.
Aksi-aksi penipuan seperti ini kian marak seiring perkembangan sarana informasi. Para pelaku kemudian memanfaatkan celah sensitif kultur budaya kita yang memang lebih berfikir secara kekeluargaan.
Masyarakat di tuntut lebih waspada dan tak langsung percaya apabila mendapat kabar tidak mengenakkan terkait dengan kerabatnya. Dan tak lupa, selalu berusaha melakukan konfirmasi terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan. (djo)
Ruangan komen telah ditutup.