BOGOR, Kepritoday.com – Institute Media Sosial dan Diplomasi, KOMUNIKONTEN memberi tips-tips menangkal radikalisme di media sosial. Hal itu dibeberkan dalam diskusi publik dengan tema “Gotong Royong Menghadapi Radikalisme dan Memperjuangkan Kepentingan Nasional di Media Sosial” di gedung Pusat Pengembangan Islam Bogor (PPIB), jalan Padjajaran No. 10, Kota Bogor, Senin (21/12/2015).
Tips-tips disampaikan oleh para pembicara yaitu KH. Salahudin Wahid (Pengasuh Pesantren Tebu Ireng), Bima Arya (Walikota Bogor), Hariqo Wibawa Satria (Direktur Eksekutif KOMUNIKONTEN), Danhil Anzar Simanjuntak (Ketua Umum PP. Pemuda Muhammadiah), dan Emanuel Herdiyanto (Mantan Sekjend PP. Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia).
Menurut Direktur Eksekutif KOMUNIKONTEN Hariqo Wibawa Satria, propaganda radikalisme melalui media online tidak bisa dianggap remeh. Melalui media online perubahan pola propaganda radikalisme berlangsung lebih masif dan terbuka. Arus radikalisme baru ini, menurutnya, menjadi tantangan baru bagi masyarakat secara umum.
“Jika sebelumnya proses indoktrinasi radikalisme terjadi di ruang terbatas serta melalui berbagai perantara orang terdekat, saat ini proses indoktrinisasi menjadi sangat terbuka,” papar Hariqo.
Oleh karena itu, papar alumnus pasca sarjana Paramadina ini, proses seseorang menjadi radikal dapat terjadi di ruang belajar, ruang istirahat, taman, bahkan di kendaraan umum atau ruang lain yang memungkinkan seorang mengakses situs dan media sosial terkait paham-paham radikal.
“Fenomena ini juga memperlihatkan, propaganda melalui media sosial menandai suatu pola baru radikalisasi di kalangan terdidik dan kelas menengah,” tambahnya
Bahkan, katanya lagi, Pertemanan online antarnegara bahkan dapat mengajak seseorang untuk membangun gerakan radikalisme.
Problem radikalisme di media sosial ini, dalam diskusi publik didapatkan sejumlah tips-tips pencegahan. Pertama, menurut cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH. Salahudin Wahid, pegiat media sosial dituntut agar produktif memosting informasi-informasi yang positif.
“Kita harus bersama-sama menghadapi informasi di medsos yang bisa membangkitkan perpecahan di tengah masyarakat,” kata adik Gus Dur ini.
Tips kedua, dalam penjelasan Walikota Bogor Bima Arya, pegiat media sosial diharapkan aktif dalam mengeshare atau menyebarluaskan semua informasi positif dari sumber-sumber yang kredibel.
Tips ketiga, dikatakan Hariqo, pegiat media sosial harus jeli dalam setiap menerima informasi. Menurutnya, salah informasi bisa memberi pengaruh tidak sehat.
“Misal seperti media online, yang terkadang demi mengejar rating menggunakan judul bombastis. Padahal kontennya tidak seheboh judulnya. Kalau pegiat medsos terjebak judul tanpa membaca keseluruhan, ini bisa tidak baik,” terangnya.
Terlihat hadir sebagai peserta dalam diskusi dari berbagai latar belakang seperti ketua umum Kyai Muda Indonesia Gus Wahyu NH. Aly, sejumlah anggota IPPNU, pengurus PB. GP. Ansor, kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), kader Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), kader dari Persatuan mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), sejumlah pengajar dari pesantren Darun Najah, sejumlah dosen UNIDA, dan sejumlah mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Bogor dan Jakarta. (red).
SUMBER : KOMUNIKONTEN
Ruangan komen telah ditutup.