Best Practice Penggunaan Model Project Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Cerita Sejarah Kelas XII
SMA Negeri 1 Subi
Oleh : Amaria, S.Pd
Kepritoday.com – Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan atau penelitian. Di dalam pelaksanaan pendidikan, Pendidik maupun peserta didik harus dalam kondisi yang ”bebas demokratis. Dalam suasana gembira dan saling memahami.
Pendidik didasari dengan niat yang tulus dan iklas memberikan ilmunya kepada peserta didik. Demikian pula peserta didik juga selalu dalam niat yang ikhlas untuk mencari dan menerima ilmu. Jika keduanya telah terjalin ikhlas maka ilmu yang didapat akan menjadi ilmu yang bermanfaat. Indikator keberhasilan proses pendidikan ini adalah adanya perubahan nilai secara positif dari pendidik maupun peserta didik. Oleh karena itu faktor-faktor penentu keberhasilan pembelajaran tentu saja tertumpu pada pendidik.
Sebagai seorang pendidik yang merupakan tempat peserta didik menggali dan mengambil pelajaran hendaknya pendidik harus memiliki bahan refrensi yang lebih banyak dibandingkan peserta didik. Pendidik sebagai Fasilitator berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan peserta didik dalam kegitan pembelajaran. Tentu saja hal tersebut tidak mudah, kita harus dapat mengemas pembelajaran dengan model, strategi yang tepat.
Sebagai guru saya harus siap menerima perubahan – perubahan yang makin berkembang pada zamannya sehingga saya harus memaksimalkan kemampuan mengajar dengan menggunakan pembelajaran berbasis TPACK. Saya masih perlu banyak belajar mengenai perkembangan teknologi. Sebagai guru Bahasa Indonesia saya sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menggunakan pembelajaran berbasis TPACK sehingga pembelajaran yang saya lakukan terasa membosankan bagi peserta didik.
Pada kesempatan kali ini saya ingin merubah paradigma pembelajaran Bahasa Indonesia yang membosankan dengan melakukan kajian literatur dan diskusi dengan teman sejawat tentang faktor yang melatar belakanginya, ternyata faktornya adalah kurangnya kemampuan guru dalam memilih model ataupun metode yang tepat dalam pembelajaran sehingga minat dan motivasi belajar peserta didik rendah. Kali ini saya fokus dalam pembelajaran Menulis Teks Cerita sejarah.
Sebagai pendidik saya melakukan observasi kepada peserta didik tentang rendahnya motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran terutatama kemampuan menulis teks cerita sejarah. Nah dari observasi tersebut saya mendapatkan jawaban bahwa :
Peserta didik belum mendapatkan pengalaman belajar secara langsung tentang cara membuat / melakukan sesuatu sehingga mereka belum dapat mengeksplor kemampuan mereka dalam menuliskan teks cerita sejarah dan menyajikannya ke advance material dengan tepat.
Motivasi dan semangat belajar siswa kurang dikarenakan metode yang selama ini didapatkan dalam pembelajaran masih kurang efektif.
Nah, berdasarkan itulah saya sebagai guru ataupun pendidik memberanikan diri ingin mencoba menggunakan model Project Based Learning dan media berbasis TPACK. Didalam saya mencoba untuk menerapkan model PjBL sebenarnya banyak tantangan – tantangan yang saya hadapi antara lain :
Kurangnya pemahaman guru terkait implementasi model PjBL dalam pembelajaran menulis Teks Cerita Sejarah dikarenakan kurangnya referensi tentang pemanfaatan model tersebut dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mengakibatkan sedikit guru yang sudah pernah mengimplementasikannya. Sehingga disini saya coba mencari tahu dan merasa tertantang untuk memakai model PjBL, awalnya saya dalam menjalankan model ini masih mendapatkan kritikan dan saran yang sangat pedas dari dosen pembimbing dan guru pamong Ketika mengikuti PPG, sampai – sampai pada saat itu saya tidak bisa tertidur selama beberapa hari, tetapi kemudian saya termotivasi dari kritikan mereka saya harus bisa mengimplementasikan model PjBL ini dengan baik.
Menumbuhkan semangat dan antusias peserta didik untuk dapat terlibat aktif di dalam proses pembelajaran
Mengajarkan peserta didik tentang advance material, yaitu cara menyajikan Teks Cerita Sejarah dalam bentuk video, penggunaan model PjBL dengan menggunakan advance material tentang penyajian teks Cerita Sejarah berbasis audio visual
Menciptakan tantangan tersendiri bagi guru. Guru harus bisa berperan sebagai contoh kepada siswa. Pada pembelajaran kali ini, tantangannya adalah menambah kemampuan guru dalam bidang edit video dan memastikan peserta didik paham cara edit video.
Dari ketiga tantangan itulah membuat saya lebih bersemangat dalam menerapkan model PjBL dalam menulis teks cerita sejarah. Disini saya melakukan diskusi dan tanya jawab langsung dengan dosen pembimbing dan guru pamong serta rekan sejawat dalam Menyusun perencanaan. Untungnya guru pamong saya Pak sarno tidak bosan membimbing dan mengarahkan saya, karena pada saat itu saya meminta izin ke beliau agar melakukan google meet pada malam hari untuk berdiskusi tentang perencanaan yang akan saya lakukan di PPL. Setelah saya mendapatkan arahan dari Dosen pembimbing saya yang Bernama Bu Yosi dan Pak Sarno akhirnya saya memiliki gambaran jelas tentang penerapan model PjBL. Tidak sampai disitu saja, saya juga memiliki tantangan bagaimana mengemas model dengan media pembelajaran yang interaktif yang dapat Menumbuhkan semangat dan antusias peserta didik untuk dapat terlibat aktif di dalam proses pembelajaran dalam setiap sintak PjBL, dan mengenalkan peserta didik dengan berbagai macam aplikasi untuk membuat video dan mendampingi mereka pada saat pembuatan video. Jadi sebagai seorang guru saya harus dapat mengembangkan kemampuan saya dalam bidang teknologi agar saya dapat memfasilitasi peserta didik.
Proses Pembelajaran
Perencanaan
saya menyusun perencanaan pembelajaran menulis teks cerita sejarah dengan baik. Selain itu, saya juga menyusun perencanaan tersebut dengan memperhatikan latar belakang dan karakter siswa. Langkah selanjutnya yang saya lakukan adalah menyiapkan materi, media pembelajaran, rubrik penilaian, LKPD, lembar refleksi peserta didik, dan lembar observasi yang digunakan dalam proses pelaksanaan PjBL.
b.Penerapan
Penerapan model pembelajaran Project Based Learning dimulai dari proses pertanyaan yang mendasar, mendesain perencanaan proyek, menyusun jadwal pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pembuatan proyek, dan menguji hasil.
● Pada pertemuan pertama saya melakukan tahapan proses pertanyaan yang mendasar, mendesain perencanaan proyek, menyusun jadwal pelaksanaan. Tahapan pertama dimulai dengan pemanfaatan padlet untuk melihat kesiapan belajar dari peserta didik. Pada kegiatan inti, peserta didik memahami tentang berbagai macam contoh video teks cerita sejarah pribadi, kemudian secara berkelompok mereka menentukan tema apa yang akan mereka kembangkan pada proyek, menyusun jadwal pelaksanaan, dan presentasi rencana. Tahapan awal ini memiliki peranan penting bagi setiap kelompok karena perencanaan yang matang akan mempermudah pada langkah selanjutnya.
Saya juga mulai melakukan monitoring dan evaluasi terhadap praktik yang peserta didik lakukan di luar jam pelajaran . Pada pertemuan ini peserta didik sangat antusias karena dapat menuliskan pengalaman mereka mulai dari TK sampai mereka SMA. Pada tahapan ini mereka saling gotong royong, saling berbagi, dan saling membantu. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah proses pembuatan video. Proses pembuatan video seluruhnya dilakukan sendiri oleh peserta didik menggunakan gawai yang mereka miliki. Peserta didik menggunakan berbagai macam aplikasi untuk membuat video. Pada proses ini peserta didik sangat antusias, mereka berdiskusi tentang konten yang akan mereka gunakan dalam video. peserta didik saya bebaskan mendesain tulisannya kedalam Canva, atau Powerpoint. Karena dari awal mereka senang dengan berbagai macam template yang bervariasi dari Canva, sebagian besar kelompok menggunakan aplikasi tersebut.
● Pertemuan kedua, tahap uji hasil. Tujuan pertemuan kedua ini adalah untuk menguji hasil dari proyek yang telah mereka lakukan. Pertemuan kali ini dimulai dengan pemberian motivasi kepada peserta didik selanjutnya, peserta didik melakukan uji hasil dengan snawball throwing. Teknik snawball throwing dilakukan dengan melemperkan bola yang diiringi musik dan ketika musik berhenti maka setiap kelompok akan menampilkan hasil karyanya dengan menayangkan canva dan video dari laptop.dan kelompok lain menyimak dan memerhatikan tayangan tersebut, kemudian kelompok lain menanggapi hasil dari kelompok yang maju. Selanjutnya, saya juga melakukan evaluasi, konfirmasi, dan penguatan untuk setiap kelompok. Pertemuan kedua ini sangat berkesan untuk peserta didik, mereka saling melihat karya yang telah dibuat dan dengan aktif memberikan komentar dan saran. Keaktifan peserta didik terlihat jelas karena mereka sudah benar-benar paham tentang pembuatan video, konten yang baik, dan penulisan teks cerita sejarah yang tepat, jadi mereka dapat dengan mudah memberikan masukan dan komentar untuk kelompok lain.
c.Sumber daya dan media yang digunakan
Pembelajaran menulis teks cerita sejarah menggunakan model PjBL memanfaatkan perangkat dan media sebagai berikut:
● Perangkat : LCD, Laptop, Gawai
● Media:
○ contoh teks Cerita Sejarah Pribadi
○ video contoh Teks cerita sejarah pribadi
○ ppt canva berisi materi menulis teks cerita sejarah
○ aplikasi canva
○ aplikasi edit video
○ mentimeter
○ Padlet
○ WhatsApp
d.Penilaian
Penilaian yang saya lakukan dalam pembelajaran menulis teks cerita sejarah dengan model PjBL adalah penilaian formatif, sumatif, dan sikap. Pada penilaian formatif, saya menilai proses yang mereka lakukan dari awal proyek hingga tahap penyajian. Sedangkan pada penilaian sumatif saya menggunakan penilaian produk dengan rubrik menulis teks cerita sejarah dan rubrik untuk video pengalaman pribadi. Pada penilaian sikap, saya menilai beberapa karakter yaitu gotong royong dan kreatif.
e.Refleksi Pembelajaran
Refleksi pembelajaran yang saya gunakan adalah refleksi dari peserta didik dan refleksi guru. Pada refleksi peserta didik saya menggunakan refleksi secara manual dan menggunakan mentimeter. Pertanyaan-pertanyaan yang saya gunakan tentang pemahaman materi yang mereka terima, kesan pembelajaran, masukan untuk saya. Sedangkan refleksi dari saya sendiri berisi tentang kesesuaian rencana dengan penerapan pembelajaran, perasaan saya, kendala, keberhasilan pembelajaran, kekurangan pembelajaran, dan rencana tindak lanjut.
Dari uraian di atas, sebagai seorang guru kita harus melakukan perubahan pola – pola dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model, metode ataupun media yang sesuai dengan karakteristik siswa agar dapat menumbuhkan rasa antusias peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Dari itu tidak ada kata” Menyerah ”untuk melakukan perubahan di dalam proses pembelajaran.
Guru yang hebat adalah Guru yang mampu menghantarkan dan mewujudkan peserta didiknya menjadi lebih baik dari sebelumnya. ( Subi, 24 januari 2023 )