KBB Menilai, Pendidikan Diwilayah Terpencil Kurang di Perhatikan Pemerintah

Ketua Komunitas Bakti Bangsa (KBB) Kepri, Dody Rianto
Ketua Komunitas Bakti Bangsa (KBB) Kepri, Dody Rianto

TANJUNGPINANG, Kepritoday.com – Kurangnya perhatian Pemerintah terhadap pendidikan didaerah terpencil khususnya di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), dan masalah pendidikan bagi warga terpencil ini menjadi perhatian khusus oleh Komunitas Bakti Bangsa (KBB) Provinsi Kepri.

Kepada Pemerintah melalui Dinas Pendidikan, Komunitas ini meminta Pemerintah untuk memperhatikan pelajar yang tinggal di wilayah terpencil, seperti didaerah Kota piring, daerah Lokalisasi, Dompak, Tanjung Kapur, Sungai ladi dan wacopek, dimana saat ini banyak anak-anak usia dini yang putus sekolah.

” Banyak anak-anak usia dini yang putus sekolah, padahal kalau dilihat dari program pemerintah pusat, wajib belajar harus 12 tahun. Tapi kenyataannya masih ada anak-anak yang seharusnya duduk dibangku sekolah tidak mendapatkan pendidikan.” Kata Ketua KBB Kepri, Dody Rianto kepada Kepritoday.com. Selasa (8/12).

Dody mengaku, bahwa di Provinsi Kepri ini, masih banyak ditemukan anak-anak yang seharusnya duduk dibangku sekolah, kini harus bekerja, seperti didaerah Sungai nyirih, karena faktor tidak adanya transportasi untuk sampai kesekolah, bahkan, ada juga untuk sampai kesekolah anak-anak terpaksa melewati sungai dengan menggunakan sampan. Katanya.

“ Anak-anak yang masih sekolah diwilayah tersebut juga mengeluhkan karena tidak adanya transportasi untuk pergi ke sekolah, bahkan untuk sampai ke sekolah terpaksa melewati sungai dengan menggunakan perahu yang terbuat dari kayu.”

Sementara itu, Komunitas Bakti Bangsa (KBB) yang bergerak dibidang pendidikan ini sangat prihatin melihat keadaan tersebut. Sehingga, Dody dan anggota lainnya, yang tergabung dalam KBB, tergerak untuk memberikan bantuan kepada anak-anak yang masih sekolah, maupun yang putus sekolah yang tergolong keluarga kurang mampu berupa perlengkapan sekolah seperti, tas, buku, pensil dan pulpen. (Afriadi)

Ruangan komen telah ditutup.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept